Jual
Beli Bangku
Ada
sepasang sahabat. Yang pertama bernama Adi dan yang kedua bernama Budi. Mereka
berdua bersekolah di sekolah yang sama, yaitu di SMA 4 Pati. Mereka sudah
bersahabat sejak kecil. Rumah mereka berdua saling bersebelahan. Kebetulan juga
mereka sekelas. Orang tua Adi bekerja sebagai pedagang sembako di pasar.
Sedangkan keluarga Budi kaya raya. Orang tuanya bekerja sebagai manajer
perusahaan di Kota Pati. Adi memiliki banyak prestasi di bidang akademik. Dia
juga mahir bermain gitar. Sedangkan temannya, Budi memiliki kemampuan akademik
pas-pasan. Nilai rapor Adi sangat memuaskan sekali. Punya Budi nilai rapornya
hanya biasa-biasa saja. Sekarang mereka berdua sudah kelas XII.
Hari demi
hari mereka lalui bersama. Suka dan duka mereka lewati bersama. Tiba saatnya
UN. Adi bisa mengerjakan soal dengan cepat dan cermat. Kelihatannya bagi Adi
soal-soal itu sangat mudah. Budi mengerjakan soalnya dengan perlahan namun
pasti. Setelah UN yang lamanya 3 hari selesai, mereka merasa lega. Tinggal
menunggu pengumuman kelulusan saja.
Adi
diterima di perguruan tinggi negeri yang sangat bonafit yaitu UDC. Sering
diplesetkan menjadi “Universitas
Dokter Cinta”. Tapi
sebenarnya bukan itu singkatannya. Adi diterima melalui jalur SNMPTN. Budi yang
dari keluarga kaya raya juga masuk ke universitas itu. Dia tidak melalui jalur
yang resmi, melainkan melalui jalur belakang alias nyogok karena dia tidak
lolos SNMPTN juga SBMPTN.
Tok...tok...tok...tok...
Tampaknya pintu itu ada yang mengetuk dari luar. Pintu yang diketuk itu adalah
pintu yang menuju ke ruang rektor. Kemudian masuklah seorang pria ke dalam
ruangan itu. Dia adalah orang tua Budi. “Ada yang
bisa saya bantu?”, tanya
rektor. “Begini pak. Saya ingin memasukkan
anak saya ke universitas ini. Dia tidak lolos seleksi masuk. Dia sangat ingin
kuliah di sini di fakultas kedokteran. Bisakah bapak membantu saya?”, kata orang tua Budi. “Oh begitu ya. Begini pak. Secara
diam diam kami juga melelang kursi yang ada di sini. Tiap fakultas harganya
berbeda. Kalau untuk fakultas kedokteran kami tawarkan harga 300 juta.
Bagaimana pak?”, rektor
memberi info. “Kok
segitu ya. Kalau 200 juta bagaimana?”, tawar
orang tua Budi. “Saya
turunkan jadi 275. Berminat?”, tanya
rektor. “250 saja.”, tawar orang tua Budi. “Baiklah pak. Kalau untuk bapak
250 saja lah. Bagaimana? Deal?”, kata
rektor. “OK, deal.”, jawab orang tua Budi. Setelah
melalui negosiasi yang cukup lama akhirnya disepakati orang tua Budi harus
membayar sebesar 250 juta untuk memasukkan Budi ke UDC. Harga yang fantastis.
Akhirnya
Budi dan Adi bisa masuk di universitas yang sama, yaitu UDC. Tentunya Budi dan
Adi sangat senang sekali bisa masuk di universitas yang sama. Walau Budi masuk
ke situ dengan cara yang tidak biasa, Budi tetap senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar