Setelah zaman Nabi Daud AS dan Nabi
Sulaiman AS, ada seorang nabi baru yang diutus oleh Allah SWT, namanya Ilyas
AS. Nabi Ilyas AS tinggal di negeri Isra’il (negeri Israel) ketika negeri itu
dipimpin oleh seorang raja yang jahat sekali. Nama raja yang jahat itu adalah
Ahab. Raja Ahab menyuruh orang Isra’il untuk menyembah patung dan dewa-dewa.
Mungkin dialah raja Isra’il yang paling jahat. Oleh karena kejahatan Raja Ahab,
Allah Yang Maha Esa menjadi marah. Allah SWT. menyuruh Nabi Ilyas AS pergi
kepada Raja Ahab dan berkata: “Selama dua atau tiga tahun tidak akan ada
embun atau hujan sedikit pun, kecuali saya mengatakannya! Maka dari itu,
bertaubatlah kepada Allah, dan sembahlah Allah!”. Kemudian Raja Ahab
menjadi kesal dan marah kepada Nabi Ilyas AS dan berusaha untuk membunuhnya.
Setelah itu Allah SWT berfirman
kepada Nabi Ilyas AS: “Pergilah ke anak Sungai Kerit dan bersembunyilah di
sana. Engkau dapat minum dari anak sungai itu, dan burung gagak akan Kusuruh
membawa makanan untukmu!”.
Saat Nabi Ilyas AS dikejar-kejar
oleh Raja Ahab dan bala tentaranya, Nabi Ilyas AS ketakutan dan bersembunyi di
anak Sungai Kerit. Beliau AS minum dari anak sungai itu, makan roti dan daging
yang dibawa oleh burung gagak setiap pagi dan setiap sore. Setelah beberapa
waktu lamanya, anak sungai itu pun kering karena tidak ada hujan.
Saat Nabi Ilyas AS di sana, kemudian
datanglah bala tentara Raja Ahab untuk membunuh Nabi Ilyas AS. Saat Nabi Ilyas
AS dikejar-kejar oleh bala tentara Raja Ahab, Nabi Ilyas AS ketakutan dan
bersembunyi di dalam rumah Nabi Ilyasa AS. Ketika Nabi Ilyas AS bersembunyi di
dalam rumah Nabi Ilyasa AS, pada saat itu Nabi Ilyasa AS masih seorang belia.
Saat itu dia tengah menderita sakit kemudian Nabi Ilyas AS membantu
menyembuhkan penyakitnya.
Setelah sembuh, Nabi Ilyasa AS pun
menjadi anak angkat Nabi Ilyas AS yang kemudian selalu mendampinginya dalam
berdakwah. Namun Nabi Ilyasa AS saat itu belum dilantik menjadi seorang nabi
Allah, dia masih tinggal bersama orang tuanya dan suka membajak lembu dan
sapinya.
Kemudian Nabi Ilyas AS pergi dari
rumah Nabi Ilyasa AS dan sampailah beliau AS di Kota Sarfat. Ketika Nabi Ilyas
AS tiba di kota itu, ia melihat seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu
api. Ketika itu Nabi Ilyas AS sedang merasa lapar dan haus dahaga. Lalu Nabi
Ilyas as mendekati janda itu dan berkata: “Ibu, tolong ambilkan sedikit air
minum untuk saya!”. Ketika janda itu sedang berjalan untuk mengambil air
itu, Nabi Ilyas As berseru: “Ibu, bawakanlah juga sedikit roti!”.
Janda itu menjawab: “Maaf, Pak,
saya bersumpah bahwa saya tidak punya roti. Saya hanya mempunyai segenggam
tepung terigu di dalam mangkuk, dan sedikit minyak zaitun di dalam botol. Saya
sedang mengumpulkan kayu api untuk memasak bahan yang sedikit itu supaya saya
dan anak saya bisa makan. Itulah makanan kami yang terakhir; sesudah itu kami
pun akan mati!”.
“Jangan khawatir, Ibu!” kata Nabi Ilyas AS kepadanya.
“Silakan Ibu membuat makanan untuk Ibu dan anak Ibu. Tapi sebelum itu buatlah
dahulu satu roti kecil dari tepung dan minyak itu, dan bawalah kepada saya.
Sebab Allah SWT, satu-satunya Tuhan yang patut disembah, mengatakan bahwa
mangkuk itu akan selalu berisi tepung, dan botol itu akan selalu berisi minyak
sampai Allah SWT mengirim hujan ke bumi!”.
Janda itu percaya kepada kata-kata
Nabi Ilyas AS. Ia pergi untuk melakukan apa yang dikatakan Nabi Ilyas AS. Ia
membuat roti kecil dan memberikannya kepada Nabi Ilyas AS. Nabi Ilyas AS makan,
dan janda itu membuat roti juga untuk dirinya sendiri dan untuk anaknya. Hari
berikutnya masih ada sedikit tepung dan sedikit minyak untuk membuat roti lagi.
Seperti yang sudah dikatakan Allah SWT melalui Nabi Ilyas AS, mangkuk itu selalu
berisi tepung, dan botol itu pun selalu berisi minyak. Mereka bertiga mempunyai
cukup persediaan makanan untuk hampir 3 tahun selama musim kemarau itu yang
panjang sekali.
Beberapa waktu kemudian anak janda itu jatuh sakit dan
meninggal. Janda itu memanggil Nabi Ilyas AS dan berkata: “Hai Hamba Allah,
apa yang terjadi dengan anak saya? Mengapa anak saya meninggal dunia?”
Nabi Ilyas AS mengambil anak
laki-laki itu dan membawanya ke kamarnya sendiri. Nabi Ilyas AS membaringkan
anak itu di atas tempat tidur, lalu berdoa: “Yaa Allah, Yaa Rabbku, mengapa
Engkau mendatangkan kemalangan ini terhadap janda ini? Ia sudah memberi roti
kepadaku dan sekarang Engkau mencabut nyawa anaknya!”. Tiga kali Nabi Ilyas
menelungkupkan badannya di atas anak itu, sambil berdoa: “Yaa Allah, Yaa
Rabbku, aku mohon kepada-Mu, kembalikanlah ruh anak ini ke dalam jasadnya biar
dia hidup lagi dengan normal!”. Allah SWT mendengarkan doa Nabi Ilyas AS,
anak itu mulai bernapas dan hidup kembali. Lalu Nabi Ilyas AS membawa anak itu
kepada ibunya dan berkata: “Ibu, ini anak Ibu! Ia sudah hidup
kembali!”.
Janda itu menjawab: “Sekarang
saya tahu bahwa Bapak adalah hamba Allah dan perkataan Bapak memang benar dari
Allah SWT!”.
NABI ILYAS AS DAN NABI-NABI BA’L!
Sudah tiga tahun tidak ada hujan di
Israel. Pada suatu hari, Raja Ahab beserta orang-orang Isra’il yang kafir
lainnya baru tersadar bahwa seruan Nabi Ilyas as itu benar. Setelah mereka
tersadar, Nabi Ilyas AS mendapat wahyu dari Allah, “Hai Ilyas, pergilah
kepada mereka dan beritahukanlah bahwa tidak lama lagi akan turun hujan di
Isra’il ini!” firman Allah kepada Nabi Ilyas AS. Maka Nabi Ilyas AS pun
mendatangi mereka namun mereka tetap saja masih agak membangkang dengan
mengatakan: “Ini dia si Pengacau di Isra’il!”.
Kemudian Nabi Ilyas AS menjawab:
“Saya bukan pengacau, justru anda salah sendiri kenapa malah menyembah
berhala-berhala Ba’l?! Anda melanggar perintah Allah SWT!”.
Maka Nabi Ilyas AS pun di sana langsung
berdoa kepada Allah SWT: “Yaa Allah, yaa Rabbku, hentikanlah musibah
kekeringan ini!”. Maka musibah kekeringan itu pun dihentikan. Turunlah
hujan di negeri Isra’il pada saat itu.
Semua orang Isra’il pun bertaubat
dan tidak lagi berbuat maksiat.
Berhari-hari mereka hidup nikmat
kembali karena musibah kekeringan itu telah berhenti, perekonomian mereka pun
kembali memulih. Namun dengan adanya kenikmatan itu mereka tidak mau bersyukur
kepada Allah SWT, malahan yang ada, mereka malah kembali lagi durhaka kepada
Allah SWT, melakukan berbagai kemaksiatan. Bahkan mereka kembali lagi menyembah
Dewa Ba’l.
Nabi Ilyas AS kembali berdakwah
untuk memperingatkan kaumnya agar mau bertaubat kepada Allah SWT, namun dakwah
Nabi Ilyas AS tidaklah dihiraukan oleh mereka. Maka Nabi Ilyas AS pun menyuruh
mereka berkumpul dan Beliau AS berkata kepada Raja Ahab: “Hai Raja Ahab,
sekarang juga perintahkanlah kepada seluruh rakyat Isra’il untuk bertemu dengan
saya di Jabal Qarmil (Di Gunung Karmel). Bawa juga keempat ratus lima puluh
nabi Ba’l (nabi-nabi palsu penyembah Dewa Ba’l)!”.
Kemudian Raja Ahab mengerahkan
seluruh rakyat dan nabi-nabi Ba’l itu ke Jabal Qarmil. Lalu Nabi Ilyas AS
mendekati rakyat itu dan berkata: “Sampai kapan sih kalian mau tetap
menyembah berhala! Kalau Tuhan itu Allah, sembahlah Allah SWT! Kalau Tuhan itu
Ba’l, sembahlah Ba’l!”. Rakyat yang berkumpul di situ diam saja.
Kemudian Nabi Ilyas AS berkata:
“Di antara nabi-nabi Allah hanya sayalah yang tertinggal, padahal di sini ada
450 nabi Ba’l. Mari kita lihat siapakah Tuhan yang benar. Suruhlah nabi-nabi
Ba’l itu mengambil seekor sapi jantan dan menyembelihnya, kemudian
memotong-motongnya, lalu meletakkannya di atas kayu api. Tetapi mereka tidak
boleh menyalakan api di situ. Saya akan menyembelih seekor sapi lagi dan
memotong-motongnya serta meletakkannya di atas kayu api. Tapi saya pun tidak
akan menyalakan api di situ. Biarlah nabi-nabi Ba’l itu berdoa kepada dewa
mereka, dan saya pun akan berdoa kepada Allah SWT. Yang menjawab dengan
mengirim api dari langit, Dialah Tuhan yang benar!”.
Seluruh rakyat berteriak: “Setuju!”.
Lalu nabi-nabi Ba’l memilih seekor
sapi dan menyiapkannya. Setelah itu mereka berdoa kepada Ba’l dari pagi sampai
tengah hari sambil berteriak-teriak: “Jawablah kami, Ba’l!”. Mereka
melakukan itu sambil terus menari-nari di sekeliling tempat daging sapi yang
mereka letakkan. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
Pada tengah hari mulailah Nabi Ilyas
AS mengejek mereka: “Berdoalah lebih keras lagi kepada dewa kalian! ‘Kan
Dewa Ba’l itu Tuhan ‘kan?! Mungkin Dia sedang melamun, atau Dia sedang
bepergian! Atau barangkali Dia sedang tidur, dan kalian harus membangunkan
dia!”. Nabi-nabi Ba’l itu berdoa lebih keras lagi. Dan seperti biasanya,
mereka menggores-gores badan mereka dengan pedang dan tombak sampai darah
bercucuran.
Itulah yang mereka lakukan
terus-menerus sampai petang hari seperti orang kesurupan. Meskipun demikian,
tetap saja tidak ada yang menjawab, tidak ada yang memperhatikan.
Lalu Nabi Ilyas AS memanggil rakyat
untuk berkumpul di sekelilingnya, kemudian Beliau AS mulai memperbaiki tempat
peribadatan yang telah runtuh. Dengan batu-batu, Nabi Ilyas AS membangun
kembali tempat ibadah kepada Allah SWT. Di sekeliling tempat itu beliau AS
menggali parit yang cukup besar sehingga dapat menampung kurang lebih 15 liter
air. Beliau AS menyusun kayu api di atas tempat persembahan qurban, lalu daging
sapi dipotong-potong dan ditaruhnya di atas kayu itu. Kemudian beliau AS berkata:
“Isilah 4 tempayan dengan air sampai penuh, lalu tuangkan air itu ke atas
persembahan qurban dan ke atas kayunya!”. Setelah mereka melakukan hal itu,
beliau AS berkata: “Sekali lagi,” lalu mereka melakukannya. “Satu
kali lagi,” kata Nabi Ilyas, dan mereka melakukannya pula. Maka mengalirlah
air di sekeliling tempat peribadatan itu sehingga paritnya pun penuh air.
Lalu Nabi Ilyas AS mendekati tempat
itu dan berdoa: “Yaa Allah, Ilah yang disembah oleh Ibrahim, Ishaq, dan
Ya’qub, nyatakanlah sekarang ini bahwa Engkaulah Allah Yang Maha Esa, dan saya
adalah hamba-Mu. Jawablah, Yaa Allah! Jawablah saya supaya rakyat ini tahu
bahwa Engkau, yaa Allah, adalah Ilah yang patut disembah, dan bahwa hanya
kepada-Mu sajalah mereka akan kembali!”.
Lalu Allah SWT mengirim api dari
langit. Api itu membakar hangus daging qurban Nabi Ilyas AS bersama kayu
apinya, batu-batunya, dan tanahnya, serta menjilat habis air yang ada di dalam
parit itu. Pada saat rakyat melihat hal itu, mereka tersungkur ke tanah untuk
bersujud sambil berkata: “Allah itu adalah Tuhan! Sungguh Allah-lah Tuhan
yang benar!”.
Kemudian Nabi Ilyas AS berkata:
“Tangkap nabi-nabi Ba’l itu! Jangan biarkan seorang pun lolos!”. Lalu semua
nabi Ba’l itu dibunuh pada hari itu juga, dan Allah Yang Maha Esa lagi Yang
Mahakuasa dimuliakan. Orang-orang yang ada di situ bertahmid memuji Allah SWT.
Setelah itu Nabi Ilyas AS berkata
kepada Raja Ahab: “Sebentar lagi akan turun hujan, silakan Raja Ahab
pergi!”. Lalu Raja Ahab pergi dari tempat itu dan Nabi Ilyas AS naik ke
atas Jabal Qarmil (Gunung Karmel), dan disitu Nabi Ilyas AS lalu bersujud
kepada Allah SWT dengan mukanya ke tanah. Lalu Allah SWT menurunkan hujan lebat
ke negeri Isra’il.
Dalam sekejap langit menjadi
mendung, dan angin kencang mulai bertiup, dan hujan badai pun turun. Maka Raja
Ahab pun naik ke keretanya untuk pulang ke daerahnya. Dan ketika itu, tiba-tiba
saja Allah SWT memberikan mukjizat dan keajaiban kepada Nabi Ilyas AS setelah
Nabi Ilyas AS melipat jubahnya ke atas pinggangnya, yaitu dia AS dapat berlari
dengan cepat mendahului kereta Raja Ahab untuk menuju ke pintu gerbang kota.
NABI ILYAS AS DI JABAL TSUR!
Raja Ahab yang jahat itu mempunyai
seorang istri yang lebih jahat lagi, namanya Izaibil. Ketika Ratu Izaibil
mendengar bahwa nabi-nabi Ba’l sudah dibunuh oleh Nabi Ilyas AS, ia marah
sekali karena ia menyembah Dewa Ba’l. Maka Izaibil mengirim berita ini kepada
Nabi Ilyas AS: “Nabi-nabi saya kau bunuh; saya bersumpah bahwa sebelum besok
malam saya akan membunuhmu”.
Nabi Ilyas AS menjadi takut, lalu
melarikan diri supaya tidak dibunuh. Beliau AS berjalan kaki selama satu hari
dan berhenti di bawah sebuah pohon. Di situ beliau AS duduk dan ingin mati
saja. “Saya tidak tahan lagi, Yaa Allah,” katanya kepada Allah SWT. “Ambillah
nyawa saya. Saya mau mati saja!”.
Lalu beliau AS berbaring di bawah
pohon itu dan tertidur. Tiba-tiba seorang malaikat menyentuhnya dan berkata:
“Bangun, Ilyas, makanlah!”. Nabi Ilyas AS melihat bahwa ada sepotong roti
bakar dan sebuah kendi berisi air di dekat kepalanya. Beliau AS bangun, makan,
dan minum, lalu tidur lagi.
Untuk kedua kalinya malaikat Allah
datang menyentuhnya dan berkata: “Bangun, Ilyas, makanlah, supaya kau dapat
tahan mengadakan perjalanan jauh!”. Nabi Ilyas bangun, lalu makan dan
minum. Beliau AS menjadi kuat dan dapat berjalan selama 40 hari lamanya ke
Jabal Tsur (Gunung Sinai). Di sana Nabi Ilyas bermalam di dalam gua.
Ketika Nabi Ilyas AS berada di sana,
maka Allah SWT mengazab Ratu Izaibil dan orang-orang Israel dengan ditimpa
musibah yang berat, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka mati
bergelimpangan. Selesailah halaman kehidupan dunia mereka dan mereka akan
dihadirkan di hadapan Allah SWT pada hari kiamat.
Setelah itu, Allah SWT berfirman
kepadanya: “Hai Ilyas, kembalilah dan lantiklah Ilyasa supaya dia menjadi
nabi untuk menggantikan engkau. Jangan putus asa lagi. Masih ada 7000 orang di
Isra’il yang tetap setia kepada-Ku dan tidak pernah sujud menyembah patung Dewa
Ba’l!”.
Lalu berangkatlah Nabi Ilyas AS ke
rumah Nabi Ilyasa AS dan mendapatinya sedang membajak dengan pasangan sapi.
Ketika Nabi Ilyas AS melewati Nabi Ilyasa AS, Nabi Ilyas AS melepaskan jubahnya
dan melemparkannya ke bahu Nabi Ilyasa AS. Nabi Ilyasa AS meninggalkan sapi-sapinya
dan mengikuti Nabi Ilyas AS yang melantiknya menjadi nabi Allah juga. Kemudian
Nabi Ilyasa AS minta izin berpamitan kepada orang tuanya, lalu berqurban yakni
menyembelih sepasang domba dan memasak dagingnya. Kemudian dia memberikan
daging domba itu kepada para pembantunya, kemudian mereka pun memakannya.
Sesudah itu Nabi Ilyasa AS
bersiap-siap untuk menjadi nabi yang bertugas untuk membantu Nabi Ilyas AS
dalam dakwahnya terhadap Bani Isra’il.
NABI ILYAS AS DAN ORANG BUTA!
Pernah terjadi di zaman Nabi Ilyas
AS, ketika Nabi Ilyas AS telah melihat seorang pria yang saleh yang matanya
buta di mana dia sedang menangis. Maka Nabi Ilyas AS bertanya kepadanya: “Mengapakah
engkau menangis, wahai saudara?”. Pria buta tersebut menjawab: “Aku
menangis karena aku tidak dapat melihat Nabi Ilyas AS, hamba Allah itu”.
Maka ditegurlah ia oleh Nabi Ilyas
AS yang berkata: “Hentikanlah tangisanmu, wahai lelaki, karena engkau dengan
tangisanmu telah berbuat dosa!”. Pria buta itu berkata: “Wahai fulan,
katakanlah kepadaku, apakah melihat seorang Nabi Allah yang telah membangkitkan
orang yang mati dan menurunkan api dari langit itu suatu dosa?”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Engkau
tidak berkata benar, wahai saudara, karena Ilyas sama sekali tidak bisa
melakukan sesuatu apa pun seperti yang engkau ungkapkan tadi. Karena ia seorang
yang seperti engkau juga, bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak mampu untuk
menciptakan seekor lalat pun!”.
Pria buta menjawab: “Engkau
mengatakan demikian, wahai lelaki, karena barangkali engkau pernah ditegur oleh
Ilyas atas sebagian dari dosa-dosamu, karena itu engkau membencinya!”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Semoga
engkau telah berkata benar, karena apabila aku membenci Ilyas, wahai saudara,
niscaya aku akan semakin mencintai Allah, dan setiap kali aku semakin benci
kepada Ilyas, maka aku semakin cinta kepada Allah”.
Kemudian marahlah si pria buta
tersebut dengan sangatnya, dia berkata: “Demi Allah, engkau seorang yang
durhaka!, Dapatkah seseorang mencintai Allah tetapi membenci nabi-Nya? Pergilah
kau dari sini, karena aku tidak sudi lagi mendengarkan omonganmu!”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Wahai
saudaraku, sesungguhnya kini engkau telah melihat dengan pikiranmu, betapa
besarnya bahaya penglihatan badan itu, karena engkau menginginkan cahaya untuk
melihat Ilyas sementara engkau membenci Ilyas dengan jiwamu”.
Si pria buta itu menjawab: “Hai
kau, enyahlah kau dari sini!, karena engkau ini seorang syaitan yang
menghendaki agar aku berdosa kepada Nabi Ilyas AS, hamba Allah itu!”.
Kemudian Nabi Ilyas AS menarik
nafas, kemudian beliau AS berkata dengan air mata yang berlinang:
“Sesungguhnya engkau telah berucap benar, wahai saudara, karena tubuhku ini
yang engkau ingin melihatnya telah memisahkanku dari Allah”.
Pria buta tersebut menjawab: “Sungguh
aku tidak ingin melihatmu, bahkan andai aku memiliki dua mata pun, akan
kupejamkan keduanya agar tidak melihatmu!”.
Ketika itu Nabi Ilyas AS mengatakan:
“Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa sebenarnya aku ini adalah Ilyas!”.
Si pria buta itu menjawab: “Sungguh engkau telah berkata tidak benar
(bohong)!“.
Ketika itu murid-murid Nabi Ilyas AS
berkata kepadanya: “Wahai saudara, sungguh dia ini adalah Nabi Allah, Ilyas
sendiri. Dia ini bukan orang lain dan benar-benar Nabi Ilyas AS”.
Maka si pria buta tersebut berkata:
“Jika dia betul-betul Nabi Ilyas, maka hendaklah dia terangkan kepadaku, dari
keturunan siapakah aku ini? Dan, bagaimana sampai aku bisa menjadi buta?”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Engkau
adalah dari keturunan Lawi (Lawi adalah salah seorang dari putra Nabiyullah,
Nabi Ya’qub AS). Dan tentang butamu, ketika engkau berada di dalam rumah ibadah,
yaitu dekat dengan Allah Yang Maha Qudus, engkau telah memandang kepada seorang
perempuan dengan syahwat, maka Rabb kita telah menghilangkan
penglihatanmu!”.
Maka menangislah si pria buta itu
dan berkata: “Ampunilah aku, yaa Nabiyullah yang qudus (suci), karena aku
telah bersalah dalam pembicaraan tadi, dan andaikata aku dapat melihatmu
niscaya aku tidak berbuat kesalahan seperti tadi!”.
Nabi Ilyas AS pun menjawab:
“Semoga Rabb (Tuhan) kita mengampuni engkau, wahai saudara. Karena aku
mengetahui bahwa engkau telah berucap benar tentang apa yang menyangkut diriku.
Oleh karena itu, semakin aku membenci diriku maka semakin pula aku bertambah
kecintaan kepada Allah. Dan jika engkau melihat aku, niscaya padamlah
keinginanmu yang tidak diridhoi Allah itu. Karena Ilyas bukanlah yang
menciptakanmu, tetapi Allah-lah Dzat Yang menciptakanmu.”
Kemudian Nabi Ilyas AS menyambung
uraiannya sambil menangis: “Sungguh aku ini adalah seorang syaitan terhadap
yang menyangkut dirimu, karena aku telah memalingkan engkau dari Penciptamu.
Jika demikian, maka menangislah, wahai saudara, karena tiada cahaya bagimu yang
memperlihatkan kepada engkau antara Kebenaran dengan kebathilan. Andaikan ada
cahaya itu padamu, niscaya engkau tidak akan meremehkan ajaranku. Dari itu
kukatakan kepadamu, bahwa banyak yang ingin melihatku, dan mereka datang dari
tempat yang jauh untuk sekedar melihatku, sementara mereka melalaikan
nasihat-nasihatku. Karenanya, demi keselamatan mereka, lebih baik mereka tidak
mempunyai mata. Karena, barang siapa yang merasa senang dengan suatu makhluk,
apapun itu, sementara dia tidak bersungguh-sungguh dalam mencari keridhoan
Allah, maka dia adalah orang yang telah membuat berhala dalam hatinya dan telah
meninggalkan Allah”.
Ketahuilah, kisah pria buta ini
diriwayatkan di dalam Kitab Injil Barnabas. Kisah Nabi Ilyas AS ini
diriwayatkan oleh seorang nabi yang bergelar Ruhullah, yakni Nabi ‘Isa Al-Masih
AS setelah melalui waktu berabad-abad.
Ketika selesai menceritakan kisah
ini, kemudian Nabiyullah yang mulia, Nabi ‘Isa AS sambil bernafas panjang dan
berkata: “Sudahkah kalian memahami segala apa yang dikatakan Ilyas?”.
Para murid Nabi ‘Isa AS menjawab:
“Sungguh kami telah memahami, dan kami heran setelah mengetahui bahwa di bumi
ini tiada yang tidak menyembah berhala kecuali sedikit saja”. (Di kutip
dari dalam Kitab Injil Barnabas, Fasal 116-117).
NABI ILYAS AS TIDAK MENINGGAL DUNIA!
Nabi Ilyas AS dan Nabi Ilyasa
AS bersama-sama mengemban misi dakwahnya kepada Bani Isra’il di Isra’il. Kurang
lebih selama delapan tahun, Nabi Ilyas AS hidup bersama Nabi Ilyasa AS untuk
menjalankan misi dakwahnya kepada Bani Isra’il.
Ketika itu mereka berdua
berjalan-jalan ke sebelah timur sungai Yordan. Tiba-tiba datanglah angin badai
di sana dan akhirnya reda.
Pada suatu hari, ketika Nabi
Ilyas AS sedang beristirahat datanglah Malaikat Maut kepadanya. “Hai Ilyas,
penuhilah panggilan Allah, kini saatnya nyawa mu akan kujemput! Maka
bersiap-siaplah, hai Ilyas!” kata Malaikat Maut. Mendengar berita itu,
Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“Mengapa engkau bersedih,
Ilyas?” tanya Malaikat maut. “Tidak tahulah” jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih
karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi kematian?” tanya
malaikat Maut. “Tidak. Tidak ada satu pun yang aku sesali kecuali karena
aku menyesal karena tidak bisa lagi berdzikir kepada Allah, sementara yang
masih hidup bisa terus berdzikir memuji Allah,” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat itu Allah SWT lantas
menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi
kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berdzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi
Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berdzikir kepada Allah SWT.
Maka berdzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.
Allah SWT berfirman:
“Biarlah Nabi Ilyas hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berdzikir
kepada-Ku sampai akhir nanti (hari kiamat)!”.
Mendengar firman Allah
tersebut, maka Malaikat Maut tidak jadi mencabut nyawa Nabi Ilyas AS. Maka
selama-lamanya Nabi Ilyas AS tidak akan pernah mati (tidak akan pernah
meninggal dunia) kecuali di Hari Kiamat. Maka dibuatlah Nabi Ilyas AS tetap
hidup abadi hingga hari kiamat, nyawanya tidak dicabut, namun dirinya dijadikan
gaib oleh Allah SWT sebagaimana Nabi Khidir yang tetap hidup namun dirinya
dijadikan gaib oleh Allah SWT agar tidak bisa dilihat, didengar, dan diketahui
keberadaannya oleh orang yang masih hidup di dunya.
Allah SWT menjadikan Nabi
Khidir AS dan Nabi Ilyas AS tetap hidup dan tidak pernah mati hingga hari
kiamat kelak. Allah SWT menempatkan Nabi Khidir AS di tengah-tengah lautan,
sedangkan Nabi Ilyas AS ditempatkan-Nya di tengah-tengah taman yang luas yang
indah yang ada di tengah-tengah muka bumi ini, sambil terus-menerus dalam
keadaan berdzikir kepada Allah SWT dari dulu, dan detik ini, dan sampai
wafatnya nanti di hari kiamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar