Pernikahan Nabi Muhammad
Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11
atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur
25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga
Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat
meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib
pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khawla
binti Hakim menyarankan
kepadanya untuk menikahi Sawda
binti Zama (seorang janda)
atau Aisyah
(putri Abu Bakar, di mana Muhammad akhirnya menikahi
keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita
lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, di mana sembilan di antaranya
masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar
perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan
budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih
susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).
Nabi Muhammad Hijrah Ke Madinah
Masyarakat Arab dari
berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk berziarah ke
Bait Allah atau Kakbah, mereka menjalankan
berbagai tradisi keagamaan dalam
kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan
ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan
orang dari Yatsrib. Mereka menemui
Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari
Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara
sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk
melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya,
sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui
Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu
pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan
tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib
dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk
Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke
Yastrib pada tahun 622 M.
Mengetahui bahwa
banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mencegahnya,
mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan
mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh
lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat
dalam peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah
dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah
pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan)
Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode
setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan,
teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah,
akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu
telah bersatu di Madinah.
Pembebasan Mekkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke
Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim
sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan
menyatukan para penduduk kota Mekkah dan Madinah. Penguasa Mekkah yang tidak
memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah
tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya.
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia
telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat
itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan
ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Kakbah, dan
kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah
Wafatnya Nabi Muhammad
Pada bulan Juni 632 M, dia mengalami sakit
ketika tengah berada di rumah Maimunah
namun kemudian meminta pindah ke rumah Aisyah. Setelah sebelumnya mengalami
demam dan beberapa kali pingsan, dia meminta kepada Abu Bakr
untuk menggantikannya mengimami jamaah. Diapun akhirnya meninggal dalam
pangkuan Aisyah dan jenazahnya dikuburkan di rumah istrinya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar