Pengertian: kata-kata yang menghubungkan
kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau kalimat-kalimat dalam sebuah wacana.
·
Konjungsi koordinatif: konjungsi yang menghubungkan dua
konstruksi (kata, frasa, klausa, kalimat) yang sederajat. Letak konjungsi
selalu di antara kedua konstruksi yang dihubungkan.
·
Konjungsi subordinatif: konjungsi yang menghubungkan dua unsur
atau konstruksi yang tidak sederajat. Letak konjungsi bisa pada awal konstruksi
yang pertama atau pada awal konstruksi yang kedua.
1. Konjungsi aditif atau
ajungtif: konjungsi koordinatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frase,
klausa, atau kalimat, dalam kedudukan yang sederajat, misalnya: dan, lagi,
lagipula, dan serta
2. Konjungsi disjungtif:
konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat dengan
memilih salah satu dari dua hal atau lebih, misalnya: atau, atau … atau,
atau … maupun, baik … baik, dan entah … entah.
3. Konjungsi temporal
(waktu): konjungsi yang menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau
peristiwa.
a.
Konjungsi temporal
subordinatif, misalnya: apabila, bila, bilamana, demi, hingga,
ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak, sementara,
seraya, waktu, setelah, sesudah,dan tatkala.
b.
Konjungsi temporal koordinatif, misalnya: sebelumnya
dan sesudahnya
4. Konjungsi
pertentangan: konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang
sederajat, dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Biasanya bagian yang
kedua menduduki posisi yang lebih penting dari yang pertama, misalnya: tetapi,
melainkan, sebaliknya, dan namun.
5. Konjungsi pembenaran
(konsesif): konjungsi subordinatif yang menghbungkan dua hal dengan cara
membenarkan atau mengakui suatu hal, sementara menolak hal yang lain yang
ditandai oleh konjungsi tadi. Pembenaran dinyatakan dalam klausa utama (induk
kalimat), sementara penolakan dinyatakan dalam klausa bawahan (anak kalimat)
yang didahului oleh konjungsi seperti meskipun, walaupun, biar, biarpun,
sungguhpun, kendatipun, dan sekalipun.
6. Konjungsi pembatasan:
konjungsi yang menjelaskan dalam batas-batas mana suatu hal atau perbuatan
dapat dikerjakan, misalnya: kecuali, selain, asal, dan asalkan.
7. Konjungsi sebab
(kausal): konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu peristiwa karena suatu sebab
tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konjungsi sebab, induk kalimat
merupakan akibatnya. Konjungsi yang menyatakan hubungan sebab adalah sebab dan
karena.
8. Konjungsi akibat
(Konsekutif): konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat
suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai oleh konjungsi yang
menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat.
Kata-kata yang dipakai untuk menandai konjungsi akibat adalah: sehingga,
sampai, dan akibatnya.
9. Konjungsi
perbandingan: konjungsi yang menghubungkan dua hal dengan cara membandingkan
kedua hal itu, misalnya: sebagai, sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, dan
seakan-akan.
10. Konjungsi tujuan
(final): semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan maksud atau tujuan suatu
peristiwa atau tindakan, misalnya: supaya, guna, dan agar.
11. Konjungsi syarat
(kondisional): konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi bila
syarat-syarat yang dibutuhkan itu dipenuhi, misalnya: jika, jikalau, dan
kalau. Ada variasi lain dari konjungsi kondisional:
a.
pengandaian (irealis): konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu
hal atau peristiwa mustahil atau tidak mengkin terjadi, misalnya:
seandainya, andaikata, dan sekiranya.
b.
kemungkinan (potensialis): konjungsi yang menjelaskan bahwa
suatu hal atau perbuatan mungkin saja terjadi, misalnya: mungkin.
12. Konjungsi korelatif:
konjungsi yang menghubungkan dua bagian kalimat yang mempunyai hubungan
sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempengaruhi yang lain, atau yang
satu melengkapi yang lain. Atau, dapat juga dikatakan bahwa kedua bagian
kalimat itu mempunyai hubungan timbal-bailk, misalnya: semakin … semakin,
kian … kian, bertambah … bertambah, dan demikian … sehingga
13. Konjungsi penegas
(intensifikasi): konjungsi yang berfungsi untuk menegaskan atau meringkaskan
suatu bagian kalimat yang telah disebutkan sebelumnya, misalnya: yakni,
yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.
14. Konjungsi penjelas
atau penetap: konjungsi yang menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan
perinciannya, misalnya: bahwa.
15. Konjungsi situasi:
konjungsi yang menjelaskan suatu perbuatan terjadi atau berlangsung dalam
keadaan atau situasi tertentu, misalnya: sedang, sedangkan, padahal, dan
sambil.
16. Konjungsi pengantar
kalimat: konjungsi yang berfungsi untuk memulai sebuah kalimat, atau
merangkaikan kalimat pertama dengan kalimat-kalimat dari alinea sebelumnya,
misalnya: maka, adapun, akan, bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkian,
dan kalakian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar