Geng Motor, Komunitas Motor atau Perilaku
Kotor ?
Gangster atau yang sering kita sebut
sebagai geng motor adalah kumpulan pemuda yang mempunyai itikad atau perilaku
buruk yang hanya meresahkan masyarakat. Seakan keberadaan mereka hanya menjadi
sebuah momok menakutkan bagi masyarakat, karena unsur dan tujuan yang ada dalam
perkumpulan geng motor ini merupakan unsur dengan tujuan negatif
Anggota geng motor pada umumnya adalah remaja laki –
laki yang masih berusia belasan tahun. Tetapi tidak menutup kemungkinan,
terdapat remaja perempuan dalam sebuah geng motor. Seperti di Batam, sebuah
geng motor membuka pintu untuk remaja perempuan yang ingin bergabung dengan
geng motor tersebut. Berbeda dengan remaja laki – laki yang hanya melakukan
aksi kejahatan agar diterima di geng motor tersebut, remaja perempuan yang
ingin bergabung dituntut tidak hanya bisa melakukan aksi kejahatan, namun harus
siap menerima perilaku tidak senonoh yaitu ditiduri oleh semua anggota laki –
laki dalam geng motor tersebut.
Tentu, tindakan seperti itu sangat memprihatinkan.
Yang lebih memprihatinkan adalah mereka masih di bawah umur, seusia SMP dan
SMA. Tetapi tidak sedikit gadis – gadis tersebut yang bangga setelah lolos tes
dan bergabung dengan geng motor tersebut.
Aksi - Aksi yang dilakukan oleh geng motor tidak
hanya berkeliling dengan motor yang mereka kendarai, terkadang mereka juga
melakukan aksi balap liar, kriminalitas, dan penganiayaan baik antar geng motor
lain maupun masyarakat. Seperti kejadian di Subang, 2 Februari 2015 lalu, 5
anggota sebuah geng motor yang bernama Brigez,
melakukan penganiayaan terhadap seorang warga
berinisial AS (17 tahun), seorang anggota geng motor Moonraker. Penganiayaan seperti ini
seringkali dilakukan dengan motif balas dendam yang belum terselesaikan.
Kemudian, aksi yang paling sering dilakukan oleh
geng motor adalah balap liar. Balap liar dilakukan pada tengah malam. Hal itu
dimaksudkan untuk menghindari keramaian orang dan aparat kepolisian. Tentu saja
aksi kebut – kebutan ini membahayakan jiwa mereka. Dalam balapan liar ini,
terselip juga oknum – oknum nakal yang memanfaatkan kondisi ini untuk ajang
taruhan.
Tidak sedikit juga geng motor yang melakukan tindak
kriminalitas, seperti merampok, mencuri, dll. Seperti kejadian di Makassar,
pada 30 November 2014, sebuah kelompok geng motor melakukan perampokan di
sebuah Alfamart di jalan Borong Raya, kecamatan Manggala Makassar. Tidak hanya
mengambil uang, mereka juga mengancam nyawa seorang pegawai dan merusak kaca Alfamart.
Perilaku- perilaku di atas dapat terjadi karena
kurangnya pengawasan orang tua terhadap putra putrinya. Orang tua sebagai
pembimbing utama si anak seharusnya mengarahkan putra putrinya untuk belajar.
Tetapi, jangan lupa memberi kesempatan si anak menikmati waktu luangnya. Kalau
bisa, Peran sekolah juga sangat vital dalam hal ini. Sekolah seharusnya
memberikan sosialisasi betapa bahayanya apabila seseorang sudah masuk ke dalam
pergaulan bebas.
Namun, apabila tindakan preventif di atas masih
kurang, ada cara lain untuk mencegah perilaku brutal geng motor yaitu dengan
meningkatkan pengawasan yang dilakukan aparat keamanan baik di desa (Hansip dan
Linmas) ataupun di kota (polisi). Warga juga dituntut berperan aktif untuk
mengatasi permasalahan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar