Senin, 23 Maret 2015

Cerpen Tema Pelangi

Pelangi Di Wajahmu
Pagi ini kupandang langit yang cerah itu. Setelah hujan semalam, jalan, taman, rumah-rumah menjadi basah. Setelah kupandangi dengan seksama ada suat busur warna yaitu pelangi. Teringat oleh seseorang yang aku sayangi dan yang aku cintai. “Seandainya dia di sini pastilah aku merasa bahagia.”, celotehku. Kupandangi terus pelangi itu. Rasanya aku ingin berlama-lama di taman itu. Lalu di pikiranku dipenuhi dengan bayangan wajahnya. “Aku benar-benar merindukanmu. Kapan kau pulang?”, tanyaku dalam hati.
Hari demi hari telah kulewati. Telah lama kutunggu kedatanganmu dari negeri nan jauh di sana. Tibalah di penghujung tahun ini. Kau berjanji akan kembali ke sini pada akhir tahun ini. Tiba-tiba telepon berdering. Kuangkatlah telepon itu. “Bisa bicara dengan Dita? Ini aku Karen.””Aku sendiri. Ah lama tak jumpa. Kapan kau pulang?”. Setelah aku mengobrol dengannya, kupandang jendela itu. Ternyata ada sebuah pelangi yang muncul di angkasa sana. Terbayanglah aku dengan wajahnya yang secantik bidadari. Aku tak sabar menunggu hari besok.

Tibalah saatnya hari yang aku tunggu-tunggu. Dia akan datang ke sini. “Cepatlah kau datang kemari. Aku tak sabar.”, gumamku dalam hati. Berdering teleponku. Segeralah kuangkat. “Selamat siang, kami dari Rumah Sakit Harapan Kita melaporkan bahwa saudari Karen saat ini ada di Rumah Sakit Harapan Kita untuk menjalani perawatan medis setelah terlibat kecelakaan.”. Saat itu juga hatiku benar-benar cemas.
Langsung ku bergegas menuju rumah sakit itu. Derasnya hujan terus mengguyur tubuhku ini. Akhirnya sampai juga di rumah sakit itu. “Permisi, mau tanya. Apakah di sini ada pasien yang bernama Karen?””Ada. Saudari Karen sedang dirawat di ruang perawatan intensif. Ruangannya ada di lantai 2.””Terima kasih.”. Ku bergegas menuju ke sana. Langsung ku masuki ruangan tersebut. “Permisi dok, bagaimana keadaan teman saya ini?”, tanyaku pada dokter yang sedang memeriksa Karen. “Saudari Karen untuk saat ini masih dalam keadaan koma.”, jawab si dokter itu. Ku memohon. Ku berdoa pada Yang Kuasa. Semoga pelangi hatiku selalu dalam lindungan Yang Kuasa.
Kemudian aku duduk di ruang tunggu. Ku terus berdoa untuk kesembuhan pelangi hatiku itu. Ku lihat seorang dokter dan para suster masuk ke ruang itu. Setelah itu, dokter itu keluar dari ruangan itu lalu menghampiriku. “Maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Saudari Karen tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.”, kata dokter itu. Aku langsung masuk ke ruangan itu. Ku dekatkan mulutku ke telinganya. Ku bisikkan kata-kata terakhirku padanya. “Tanpamu aku merasa hampa dalam jiwaku ini. Dan diriku ini bukanlah aku tanpa kamu hadir dalam hidupku. Tak akan pernah kutemui lagi gadis seperti dirimu di dunia ini. Aku menyayangimu selamanya. Aku mencintaimu selamanya.”. Setelah itu, aku pun beranjak dari ruangan itu. Dokter dan suster kemudian masuk ke dalam ruangan itu. Dan setelah itu dokter keluar dari ruangan itu lalu dengan cepat menghampiriku. “Ini sebuah keajaiban. Saudari Karen menunjukkan tanda-tanda kehidupan dan tingkat kesadarannya meningkat.”, kata si dokter itu. Doaku terjawab oleh Yang Kuasa. Terima kasih Tuhan. Lalu aku masuk ke dalam ruangan itu. Aku lihat dia telah terbangun dari tidurnya.  Senang, bahagia itulah perasaanku saat ini. “Ada pelangi di wajahmu.”, kataku sambil mengelus-elus kepalanya yang diselimuti oleh jilbabnya. Dia hanya tersenyum saja. Manis sekali senyumannya. Bagiku gadis seperti dia memang tiada duanya.

Setelah Karen benar-benar dinyatakan sembuh oleh dokter, kami pun pulang. Kami benar-benar merasa bahagia. Ku pandangi wajahnya dia benar-benar lebih cantik dan lebih manis dari sebelumnya. Dalam perjalanan pulang, ku lihat 2 pelangi yang saling berjejer satu sama lain di angkasa. Sungguh indah ciptaan Tuhan. Aku pun bersyukur pada Yang Kuasa sampai saat ini kami berdua masih dalam lindung Yang Kuasa. Pada akhirnya kami berdua hidup bahagia selamanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar