Rabu, 07 Januari 2015

Kisah Nabi Ilyas A. S.




Setelah zaman Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS, ada seorang nabi baru yang diutus oleh Allah SWT, namanya Ilyas AS. Nabi Ilyas AS tinggal di negeri Isra’il (negeri Israel) ketika negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang jahat sekali. Nama raja yang jahat itu adalah Ahab. Raja Ahab menyuruh orang Isra’il untuk menyembah patung dan dewa-dewa. Mungkin dialah raja Isra’il yang paling jahat. Oleh karena kejahatan Raja Ahab, Allah Yang Maha Esa menjadi marah. Allah SWT. menyuruh Nabi Ilyas AS pergi kepada Raja Ahab dan berkata: “Selama dua atau tiga tahun tidak akan ada embun atau hujan sedikit pun, kecuali saya mengatakannya! Maka dari itu, bertaubatlah kepada Allah, dan sembahlah Allah!”. Kemudian Raja Ahab menjadi kesal dan marah kepada Nabi Ilyas AS dan berusaha untuk membunuhnya.

Setelah itu Allah SWT berfirman kepada Nabi Ilyas AS: “Pergilah ke anak Sungai Kerit dan bersembunyilah di sana. Engkau dapat minum dari anak sungai itu, dan burung gagak akan Kusuruh membawa makanan untukmu!”.
Saat Nabi Ilyas AS dikejar-kejar oleh Raja Ahab dan bala tentaranya, Nabi Ilyas AS ketakutan dan bersembunyi di anak Sungai Kerit. Beliau AS minum dari anak sungai itu, makan roti dan daging yang dibawa oleh burung gagak setiap pagi dan setiap sore. Setelah beberapa waktu lamanya, anak sungai itu pun kering karena tidak ada hujan.
Saat Nabi Ilyas AS di sana, kemudian datanglah bala tentara Raja Ahab untuk membunuh Nabi Ilyas AS. Saat Nabi Ilyas AS dikejar-kejar oleh bala tentara Raja Ahab, Nabi Ilyas AS ketakutan dan bersembunyi di dalam rumah Nabi Ilyasa AS. Ketika Nabi Ilyas AS bersembunyi di dalam rumah Nabi Ilyasa AS, pada saat itu Nabi Ilyasa AS masih seorang belia. Saat itu dia tengah menderita sakit kemudian Nabi Ilyas AS membantu menyembuhkan penyakitnya.
Setelah sembuh, Nabi Ilyasa AS pun menjadi anak angkat Nabi Ilyas AS yang kemudian selalu mendampinginya dalam berdakwah. Namun Nabi Ilyasa AS saat itu belum dilantik menjadi seorang nabi Allah, dia masih tinggal bersama orang tuanya dan suka membajak lembu dan sapinya.
Kemudian Nabi Ilyas AS pergi dari rumah Nabi Ilyasa AS dan sampailah beliau AS di Kota Sarfat. Ketika Nabi Ilyas AS tiba di kota itu, ia melihat seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu api. Ketika itu Nabi Ilyas AS sedang merasa lapar dan haus dahaga. Lalu Nabi Ilyas as mendekati janda itu dan berkata: “Ibu, tolong ambilkan sedikit air minum untuk saya!”. Ketika janda itu sedang berjalan untuk mengambil air itu, Nabi Ilyas As berseru: “Ibu, bawakanlah juga sedikit roti!”. 
Janda itu menjawab: “Maaf, Pak, saya bersumpah bahwa saya tidak punya roti. Saya hanya mempunyai segenggam tepung terigu di dalam mangkuk, dan sedikit minyak zaitun di dalam botol. Saya sedang mengumpulkan kayu api untuk memasak bahan yang sedikit itu supaya saya dan anak saya bisa makan. Itulah makanan kami yang terakhir; sesudah itu kami pun akan mati!”.
“Jangan khawatir, Ibu!” kata Nabi Ilyas AS kepadanya. “Silakan Ibu membuat makanan untuk Ibu dan anak Ibu. Tapi sebelum itu buatlah dahulu satu roti kecil dari tepung dan minyak itu, dan bawalah kepada saya. Sebab Allah SWT, satu-satunya Tuhan yang patut disembah, mengatakan bahwa mangkuk itu akan selalu berisi tepung, dan botol itu akan selalu berisi minyak sampai Allah SWT mengirim hujan ke bumi!”.
Janda itu percaya kepada kata-kata Nabi Ilyas AS. Ia pergi untuk melakukan apa yang dikatakan Nabi Ilyas AS. Ia membuat roti kecil dan memberikannya kepada Nabi Ilyas AS. Nabi Ilyas AS makan, dan janda itu membuat roti juga untuk dirinya sendiri dan untuk anaknya. Hari berikutnya masih ada sedikit tepung dan sedikit minyak untuk membuat roti lagi. Seperti yang sudah dikatakan Allah SWT melalui Nabi Ilyas AS, mangkuk itu selalu berisi tepung, dan botol itu pun selalu berisi minyak. Mereka bertiga mempunyai cukup persediaan makanan untuk hampir 3 tahun selama musim kemarau itu yang panjang sekali.
Beberapa waktu kemudian anak janda itu jatuh sakit dan meninggal. Janda itu memanggil Nabi Ilyas AS dan berkata: “Hai Hamba Allah, apa yang terjadi dengan anak saya? Mengapa anak saya meninggal dunia?”
Nabi Ilyas AS mengambil anak laki-laki itu dan membawanya ke kamarnya sendiri. Nabi Ilyas AS membaringkan anak itu di atas tempat tidur, lalu berdoa: “Yaa Allah, Yaa Rabbku, mengapa Engkau mendatangkan kemalangan ini terhadap janda ini? Ia sudah memberi roti kepadaku dan sekarang Engkau mencabut nyawa anaknya!”. Tiga kali Nabi Ilyas menelungkupkan badannya di atas anak itu, sambil berdoa: “Yaa Allah, Yaa Rabbku, aku mohon kepada-Mu, kembalikanlah ruh anak ini ke dalam jasadnya biar dia hidup lagi dengan normal!”. Allah SWT mendengarkan doa Nabi Ilyas AS, anak itu mulai bernapas dan hidup kembali. Lalu Nabi Ilyas AS membawa anak itu kepada ibunya dan berkata: “Ibu, ini anak Ibu! Ia sudah hidup kembali!”. 
Janda itu menjawab: “Sekarang saya tahu bahwa Bapak adalah hamba Allah dan perkataan Bapak memang benar dari Allah SWT!”.
NABI ILYAS AS DAN NABI-NABI BA’L! 
Sudah tiga tahun tidak ada hujan di Israel. Pada suatu hari, Raja Ahab beserta orang-orang Isra’il yang kafir lainnya baru tersadar bahwa seruan Nabi Ilyas as itu benar. Setelah mereka tersadar, Nabi Ilyas AS mendapat wahyu dari Allah, “Hai Ilyas, pergilah kepada mereka dan beritahukanlah bahwa tidak lama lagi akan turun hujan di Isra’il ini!” firman Allah kepada Nabi Ilyas AS. Maka Nabi Ilyas AS pun mendatangi mereka namun mereka tetap saja masih agak membangkang dengan mengatakan: “Ini dia si Pengacau di Isra’il!”.
Kemudian Nabi Ilyas AS menjawab: “Saya bukan pengacau, justru anda salah sendiri kenapa malah menyembah berhala-berhala Ba’l?! Anda melanggar perintah Allah SWT!”.
Maka Nabi Ilyas AS pun di sana langsung berdoa kepada Allah SWT: “Yaa Allah, yaa Rabbku, hentikanlah musibah kekeringan ini!”. Maka musibah kekeringan itu pun dihentikan. Turunlah hujan di negeri Isra’il pada saat itu.
Semua orang Isra’il pun bertaubat dan tidak lagi berbuat maksiat.
Berhari-hari mereka hidup nikmat kembali karena musibah kekeringan itu telah berhenti, perekonomian mereka pun kembali memulih. Namun dengan adanya kenikmatan itu mereka tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, malahan yang ada, mereka malah kembali lagi durhaka kepada Allah SWT, melakukan berbagai kemaksiatan. Bahkan mereka kembali lagi menyembah Dewa Ba’l.
Nabi Ilyas AS kembali berdakwah untuk memperingatkan kaumnya agar mau bertaubat kepada Allah SWT, namun dakwah Nabi Ilyas AS tidaklah dihiraukan oleh mereka. Maka Nabi Ilyas AS pun menyuruh mereka berkumpul dan Beliau AS berkata kepada Raja Ahab: “Hai Raja Ahab, sekarang juga perintahkanlah kepada seluruh rakyat Isra’il untuk bertemu dengan saya di Jabal Qarmil (Di Gunung Karmel). Bawa juga keempat ratus lima puluh nabi Ba’l (nabi-nabi palsu penyembah Dewa Ba’l)!”. 
Kemudian Raja Ahab mengerahkan seluruh rakyat dan nabi-nabi Ba’l itu ke Jabal Qarmil. Lalu Nabi Ilyas AS mendekati rakyat itu dan berkata: “Sampai kapan sih kalian mau tetap menyembah berhala! Kalau Tuhan itu Allah, sembahlah Allah SWT! Kalau Tuhan itu Ba’l, sembahlah Ba’l!”. Rakyat yang berkumpul di situ diam saja.
Kemudian Nabi Ilyas AS berkata: “Di antara nabi-nabi Allah hanya sayalah yang tertinggal, padahal di sini ada 450 nabi Ba’l. Mari kita lihat siapakah Tuhan yang benar. Suruhlah nabi-nabi Ba’l itu mengambil seekor sapi jantan dan menyembelihnya, kemudian memotong-motongnya, lalu meletakkannya di atas kayu api. Tetapi mereka tidak boleh menyalakan api di situ. Saya akan menyembelih seekor sapi lagi dan memotong-motongnya serta meletakkannya di atas kayu api. Tapi saya pun tidak akan menyalakan api di situ. Biarlah nabi-nabi Ba’l itu berdoa kepada dewa mereka, dan saya pun akan berdoa kepada Allah SWT. Yang menjawab dengan mengirim api dari langit, Dialah Tuhan yang benar!”.
Seluruh rakyat berteriak: “Setuju!”.
Lalu nabi-nabi Ba’l memilih seekor sapi dan menyiapkannya. Setelah itu mereka berdoa kepada Ba’l dari pagi sampai tengah hari sambil berteriak-teriak: “Jawablah kami, Ba’l!”. Mereka melakukan itu sambil terus menari-nari di sekeliling tempat daging sapi yang mereka letakkan. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
Pada tengah hari mulailah Nabi Ilyas AS mengejek mereka: “Berdoalah lebih keras lagi kepada dewa kalian! ‘Kan Dewa Ba’l itu Tuhan ‘kan?! Mungkin Dia sedang melamun, atau Dia sedang bepergian! Atau barangkali Dia sedang tidur, dan kalian harus membangunkan dia!”. Nabi-nabi Ba’l itu berdoa lebih keras lagi. Dan seperti biasanya, mereka menggores-gores badan mereka dengan pedang dan tombak sampai darah bercucuran.
Itulah yang mereka lakukan terus-menerus sampai petang hari seperti orang kesurupan. Meskipun demikian, tetap saja tidak ada yang menjawab, tidak ada yang memperhatikan.
Lalu Nabi Ilyas AS memanggil rakyat untuk berkumpul di sekelilingnya, kemudian Beliau AS mulai memperbaiki tempat peribadatan yang telah runtuh. Dengan batu-batu, Nabi Ilyas AS membangun kembali tempat ibadah kepada Allah SWT. Di sekeliling tempat itu beliau AS menggali parit yang cukup besar sehingga dapat menampung kurang lebih 15 liter air. Beliau AS menyusun kayu api di atas tempat persembahan qurban, lalu daging sapi dipotong-potong dan ditaruhnya di atas kayu itu. Kemudian beliau AS berkata: “Isilah 4 tempayan dengan air sampai penuh, lalu tuangkan air itu ke atas persembahan qurban dan ke atas kayunya!”. Setelah mereka melakukan hal itu, beliau AS berkata: “Sekali lagi,” lalu mereka melakukannya. “Satu kali lagi,” kata Nabi Ilyas, dan mereka melakukannya pula. Maka mengalirlah air di sekeliling tempat peribadatan itu sehingga paritnya pun penuh air.
Lalu Nabi Ilyas AS mendekati tempat itu dan berdoa: “Yaa Allah, Ilah yang disembah oleh Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, nyatakanlah sekarang ini bahwa Engkaulah Allah Yang Maha Esa, dan saya adalah hamba-Mu. Jawablah, Yaa Allah! Jawablah saya supaya rakyat ini tahu bahwa Engkau, yaa Allah, adalah Ilah yang patut disembah, dan bahwa hanya kepada-Mu sajalah mereka akan kembali!”.
Lalu Allah SWT mengirim api dari langit. Api itu membakar hangus daging qurban Nabi Ilyas AS bersama kayu apinya, batu-batunya, dan tanahnya, serta menjilat habis air yang ada di dalam parit itu. Pada saat rakyat melihat hal itu, mereka tersungkur ke tanah untuk bersujud sambil berkata: “Allah itu adalah Tuhan! Sungguh Allah-lah Tuhan yang benar!”. 
Kemudian Nabi Ilyas AS berkata: “Tangkap nabi-nabi Ba’l itu! Jangan biarkan seorang pun lolos!”. Lalu semua nabi Ba’l itu dibunuh pada hari itu juga, dan Allah Yang Maha Esa lagi Yang Mahakuasa dimuliakan. Orang-orang yang ada di situ bertahmid memuji Allah SWT.
Setelah itu Nabi Ilyas AS berkata kepada Raja Ahab: “Sebentar lagi akan turun hujan, silakan Raja Ahab pergi!”. Lalu Raja Ahab pergi dari tempat itu dan Nabi Ilyas AS naik ke atas Jabal Qarmil (Gunung Karmel), dan disitu Nabi Ilyas AS lalu bersujud kepada Allah SWT dengan mukanya ke tanah. Lalu Allah SWT menurunkan hujan lebat ke negeri Isra’il.
Dalam sekejap langit menjadi mendung, dan angin kencang mulai bertiup, dan hujan badai pun turun. Maka Raja Ahab pun naik ke keretanya untuk pulang ke daerahnya. Dan ketika itu, tiba-tiba saja Allah SWT memberikan mukjizat dan keajaiban kepada Nabi Ilyas AS setelah Nabi Ilyas AS melipat jubahnya ke atas pinggangnya, yaitu dia AS dapat berlari dengan cepat mendahului kereta Raja Ahab untuk menuju ke pintu gerbang kota.
NABI ILYAS AS DI JABAL TSUR! 
Raja Ahab yang jahat itu mempunyai seorang istri yang lebih jahat lagi, namanya Izaibil. Ketika Ratu Izaibil mendengar bahwa nabi-nabi Ba’l sudah dibunuh oleh Nabi Ilyas AS, ia marah sekali karena ia menyembah Dewa Ba’l. Maka Izaibil mengirim berita ini kepada Nabi Ilyas AS: “Nabi-nabi saya kau bunuh; saya bersumpah bahwa sebelum besok malam saya akan membunuhmu”.
Nabi Ilyas AS menjadi takut, lalu melarikan diri supaya tidak dibunuh. Beliau AS berjalan kaki selama satu hari dan berhenti di bawah sebuah pohon. Di situ beliau AS duduk dan ingin mati saja. “Saya tidak tahan lagi, Yaa Allah,” katanya kepada Allah SWT. “Ambillah nyawa saya. Saya mau mati saja!”.
Lalu beliau AS berbaring di bawah pohon itu dan tertidur. Tiba-tiba seorang malaikat menyentuhnya dan berkata: “Bangun, Ilyas, makanlah!”. Nabi Ilyas AS melihat bahwa ada sepotong roti bakar dan sebuah kendi berisi air di dekat kepalanya. Beliau AS bangun, makan, dan minum, lalu tidur lagi.
Untuk kedua kalinya malaikat Allah datang menyentuhnya dan berkata: “Bangun, Ilyas, makanlah, supaya kau dapat tahan mengadakan perjalanan jauh!”. Nabi Ilyas bangun, lalu makan dan minum. Beliau AS menjadi kuat dan dapat berjalan selama 40 hari lamanya ke Jabal Tsur (Gunung Sinai). Di sana Nabi Ilyas bermalam di dalam gua.
Ketika Nabi Ilyas AS berada di sana, maka Allah SWT mengazab Ratu Izaibil dan orang-orang Israel dengan ditimpa musibah yang berat, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan. Selesailah halaman kehidupan dunia mereka dan mereka akan dihadirkan di hadapan Allah SWT pada hari kiamat.
Setelah itu, Allah SWT berfirman kepadanya: “Hai Ilyas, kembalilah dan lantiklah Ilyasa supaya dia menjadi nabi untuk menggantikan engkau. Jangan putus asa lagi. Masih ada 7000 orang di Isra’il yang tetap setia kepada-Ku dan tidak pernah sujud menyembah patung Dewa Ba’l!”. 
Lalu berangkatlah Nabi Ilyas AS ke rumah Nabi Ilyasa AS dan mendapatinya sedang membajak dengan pasangan sapi. Ketika Nabi Ilyas AS melewati Nabi Ilyasa AS, Nabi Ilyas AS melepaskan jubahnya dan melemparkannya ke bahu Nabi Ilyasa AS. Nabi Ilyasa AS meninggalkan sapi-sapinya dan mengikuti Nabi Ilyas AS yang melantiknya menjadi nabi Allah juga. Kemudian Nabi Ilyasa AS minta izin berpamitan kepada orang tuanya, lalu berqurban yakni menyembelih sepasang domba dan memasak dagingnya. Kemudian dia memberikan daging domba itu kepada para pembantunya, kemudian mereka pun memakannya.
Sesudah itu Nabi Ilyasa AS bersiap-siap untuk menjadi nabi yang bertugas untuk membantu Nabi Ilyas AS dalam dakwahnya terhadap Bani Isra’il.
NABI ILYAS AS DAN ORANG BUTA! 
Pernah terjadi di zaman Nabi Ilyas AS, ketika Nabi Ilyas AS telah melihat seorang pria yang saleh yang matanya buta di mana dia sedang menangis. Maka Nabi Ilyas AS bertanya kepadanya: “Mengapakah engkau menangis, wahai saudara?”. Pria buta tersebut menjawab: “Aku menangis karena aku tidak dapat melihat Nabi Ilyas AS, hamba Allah itu”.
Maka ditegurlah ia oleh Nabi Ilyas AS yang berkata: “Hentikanlah tangisanmu, wahai lelaki, karena engkau dengan tangisanmu telah berbuat dosa!”. Pria buta itu berkata: “Wahai fulan, katakanlah kepadaku, apakah melihat seorang Nabi Allah yang telah membangkitkan orang yang mati dan menurunkan api dari langit itu suatu dosa?”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Engkau tidak berkata benar, wahai saudara, karena Ilyas sama sekali tidak bisa melakukan sesuatu apa pun seperti yang engkau ungkapkan tadi. Karena ia seorang yang seperti engkau juga, bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak mampu untuk menciptakan seekor lalat pun!”.
Pria buta menjawab: “Engkau mengatakan demikian, wahai lelaki, karena barangkali engkau pernah ditegur oleh Ilyas atas sebagian dari dosa-dosamu, karena itu engkau membencinya!”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Semoga engkau telah berkata benar, karena apabila aku membenci Ilyas, wahai saudara, niscaya aku akan semakin mencintai Allah, dan setiap kali aku semakin benci kepada Ilyas, maka aku semakin cinta kepada Allah”.
Kemudian marahlah si pria buta tersebut dengan sangatnya, dia berkata: “Demi Allah, engkau seorang yang durhaka!, Dapatkah seseorang mencintai Allah tetapi membenci nabi-Nya? Pergilah kau dari sini, karena aku tidak sudi lagi mendengarkan omonganmu!”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Wahai saudaraku, sesungguhnya kini engkau telah melihat dengan pikiranmu, betapa besarnya bahaya penglihatan badan itu, karena engkau menginginkan cahaya untuk melihat Ilyas sementara engkau membenci Ilyas dengan jiwamu”.
Si pria buta itu menjawab: “Hai kau, enyahlah kau dari sini!, karena engkau ini seorang syaitan yang menghendaki agar aku berdosa kepada Nabi Ilyas AS, hamba Allah itu!”.
Kemudian Nabi Ilyas AS menarik nafas, kemudian beliau AS berkata dengan air mata yang berlinang: “Sesungguhnya engkau telah berucap benar, wahai saudara, karena tubuhku ini yang engkau ingin melihatnya telah memisahkanku dari Allah”.
Pria buta tersebut menjawab: “Sungguh aku tidak ingin melihatmu, bahkan andai aku memiliki dua mata pun, akan kupejamkan keduanya agar tidak melihatmu!”.
Ketika itu Nabi Ilyas AS mengatakan: “Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa sebenarnya aku ini adalah Ilyas!”. Si pria buta itu menjawab: “Sungguh engkau telah berkata tidak benar (bohong)!“.
Ketika itu murid-murid Nabi Ilyas AS berkata kepadanya: “Wahai saudara, sungguh dia ini adalah Nabi Allah, Ilyas sendiri. Dia ini bukan orang lain dan benar-benar Nabi Ilyas AS”.
Maka si pria buta tersebut berkata: “Jika dia betul-betul Nabi Ilyas, maka hendaklah dia terangkan kepadaku, dari keturunan siapakah aku ini? Dan, bagaimana sampai aku bisa menjadi buta?”.
Nabi Ilyas AS menjawab: “Engkau adalah dari keturunan Lawi (Lawi adalah salah seorang dari putra Nabiyullah, Nabi Ya’qub AS). Dan tentang butamu, ketika engkau berada di dalam rumah ibadah, yaitu dekat dengan Allah Yang Maha Qudus, engkau telah memandang kepada seorang perempuan dengan syahwat, maka Rabb kita telah menghilangkan penglihatanmu!”. 
Maka menangislah si pria buta itu dan berkata: “Ampunilah aku, yaa Nabiyullah yang qudus (suci), karena aku telah bersalah dalam pembicaraan tadi, dan andaikata aku dapat melihatmu niscaya aku tidak berbuat kesalahan seperti tadi!”.
Nabi Ilyas AS pun menjawab: “Semoga Rabb (Tuhan) kita mengampuni engkau, wahai saudara. Karena aku mengetahui bahwa engkau telah berucap benar tentang apa yang menyangkut diriku. Oleh karena itu, semakin aku membenci diriku maka semakin pula aku bertambah kecintaan kepada Allah. Dan jika engkau melihat aku, niscaya padamlah keinginanmu yang tidak diridhoi Allah itu. Karena Ilyas bukanlah yang menciptakanmu, tetapi Allah-lah Dzat Yang menciptakanmu.”
Kemudian Nabi Ilyas AS menyambung uraiannya sambil menangis: “Sungguh aku ini adalah seorang syaitan terhadap yang menyangkut dirimu, karena aku telah memalingkan engkau dari Penciptamu. Jika demikian, maka menangislah, wahai saudara, karena tiada cahaya bagimu yang memperlihatkan kepada engkau antara Kebenaran dengan kebathilan. Andaikan ada cahaya itu padamu, niscaya engkau tidak akan meremehkan ajaranku. Dari itu kukatakan kepadamu, bahwa banyak yang ingin melihatku, dan mereka datang dari tempat yang jauh untuk sekedar melihatku, sementara mereka melalaikan nasihat-nasihatku. Karenanya, demi keselamatan mereka, lebih baik mereka tidak mempunyai mata. Karena, barang siapa yang merasa senang dengan suatu makhluk, apapun itu, sementara dia tidak bersungguh-sungguh dalam mencari keridhoan Allah, maka dia adalah orang yang telah membuat berhala dalam hatinya dan telah meninggalkan Allah”.
Ketahuilah, kisah pria buta ini diriwayatkan di dalam Kitab Injil Barnabas. Kisah Nabi Ilyas AS ini diriwayatkan oleh seorang nabi yang bergelar Ruhullah, yakni Nabi ‘Isa Al-Masih AS setelah melalui waktu berabad-abad.
Ketika selesai menceritakan kisah ini, kemudian Nabiyullah yang mulia, Nabi ‘Isa AS sambil bernafas panjang dan berkata: “Sudahkah kalian memahami segala apa yang dikatakan Ilyas?”.
Para murid Nabi ‘Isa AS menjawab: “Sungguh kami telah memahami, dan kami heran setelah mengetahui bahwa di bumi ini tiada yang tidak menyembah berhala kecuali sedikit saja”. (Di kutip dari dalam Kitab Injil Barnabas, Fasal 116-117).
NABI ILYAS AS TIDAK MENINGGAL DUNIA! 
Nabi Ilyas AS dan Nabi Ilyasa AS bersama-sama mengemban misi dakwahnya kepada Bani Isra’il di Isra’il. Kurang lebih selama delapan tahun, Nabi Ilyas AS hidup bersama Nabi Ilyasa AS untuk menjalankan misi dakwahnya kepada Bani Isra’il.
Ketika itu mereka berdua berjalan-jalan ke sebelah timur sungai Yordan. Tiba-tiba datanglah angin badai di sana dan akhirnya reda.
Pada suatu hari, ketika Nabi Ilyas AS sedang beristirahat datanglah Malaikat Maut kepadanya. “Hai Ilyas, penuhilah panggilan Allah, kini saatnya nyawa mu akan kujemput! Maka bersiap-siaplah, hai Ilyas!” kata Malaikat Maut. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“Mengapa engkau bersedih, Ilyas?” tanya Malaikat maut. “Tidak tahulah” jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi kematian?” tanya malaikat Maut. “Tidak. Tidak ada satu pun yang aku sesali kecuali karena aku menyesal karena tidak bisa lagi berdzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup bisa terus berdzikir memuji Allah,” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berdzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berdzikir kepada Allah SWT. Maka berdzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.
Allah SWT berfirman: “Biarlah Nabi Ilyas hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berdzikir kepada-Ku sampai akhir nanti (hari kiamat)!”. 
Mendengar firman Allah tersebut, maka Malaikat Maut tidak jadi mencabut nyawa Nabi Ilyas AS. Maka selama-lamanya Nabi Ilyas AS tidak akan pernah mati (tidak akan pernah meninggal dunia) kecuali di Hari Kiamat. Maka dibuatlah Nabi Ilyas AS tetap hidup abadi hingga hari kiamat, nyawanya tidak dicabut, namun dirinya dijadikan gaib oleh Allah SWT sebagaimana Nabi Khidir yang tetap hidup namun dirinya dijadikan gaib oleh Allah SWT agar tidak bisa dilihat, didengar, dan diketahui keberadaannya oleh orang yang masih hidup di dunya.
Allah SWT menjadikan Nabi Khidir AS dan Nabi Ilyas AS tetap hidup dan tidak pernah mati hingga hari kiamat kelak. Allah SWT menempatkan Nabi Khidir AS di tengah-tengah lautan, sedangkan Nabi Ilyas AS ditempatkan-Nya di tengah-tengah taman yang luas yang indah yang ada di tengah-tengah muka bumi ini, sambil terus-menerus dalam keadaan berdzikir kepada Allah SWT dari dulu, dan detik ini, dan sampai wafatnya nanti di hari kiamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar